Rabu, 24 Mei 2017

Tentang Kekalahan dan Wasit Liga 3

Ofisial dan pemain Persikoba Batu langsung mengerubuti wasit Ahmad Sajidin usai dia meniup peluit panjang tanda berakhirnya pertandingan. Mereka merasa tidak puas dengan kepemimpinan wasit asal Gresik ini dalam laga tandang menghadapi tuan rumah Persema Malang di Stadion Gajayana Malang, (17/5/2017) petang lalu.

Bagi mereka keputusan wasit dianggap banyak merugikan timnya. Sampai mereka harus takluk dari tim tuan rumah 2-1. Beberapa pukulan dan tendangan sempat mendarat ke tubuh Sajidin. Aparat keamanan dan panpel yang bertugas berusaha mengamankannya dari tengah lapangan menuju kamar ganti.

Namun jumlah aparat yang diturunkan di Liga 3 tidaklah sebanyak Liga 1. Mereka juga tidak dibekali peralatan yang memadai. Ini membuat pihak yang tidak puas dengan wasit mudah melampiaskan amarahnya. Saat wasit dengan pengawalan aparat menuju kamar ganti, tepat di depan lorong berdiri seorang pria.

Saya yang juga berada di lorong tepat di belakangnya usai turun dari tribun VIP mengira pria itu bagian dari panpel. Tetiba tanpa disadari pria ini melepaskan tendangan tepat ke arah perut wasit Sajidin yang sedang dalan pengawalan aparat. Rupanya dia seorang ofisial Persikoba.

Pengamanan yang lebih longgar dari Liga 1 seringkali membuat wasit yang bertugas di kasta terendah ini menjadi sasaran empuk pihak yang tidak puas dengan kepemimpinannya. Tidak dipungkiri bahwa kualitas wasit yang bertugas di Liga 3 ini jauh dari kata memuaskan. Seringkali mereka mengeluarkan keputusan kontroversial saat laga sedang berlangsung ketat. Wajar saja apabila tim yang sedang bertanding geram, apalagi bagi tim yang tertinggal skor.

Pelatih Persikoba Batu Samsul Riyadi tidak sanggup menutupi kekecewaannya usai pertandingan. Menurut dia, wasit sangat buruk dalam memimpin pertandingan. Keputusannya seringkali merugikan timnya.

Bahkan sebagai pihak yang menang Pelatih Persema Stefan Hansson juga menilai wasit buruk. Ia menyadari kualitas Liga 3 tidaklah sesuai ekspektasinya. Sembari menunjuk ke arah tribun VIP dari pinggir lapangan, pelatih asing ini terheran ketika ratusan penonton yang tidak puas dengan leluasa ribut dan berusaha turut menyerang wasit.

Kedua pelatih ini sepakat bahwa Liga 3 sebagai kasta terendah menjadi ajang unjuk diri pemain muda. Karena itu cukup ironis apabila kompetisi yang salah satunya bertujuan untuk pembinaan usia muda dipimpin wasit yang buruk. Kepemimpinan wasit bagi mereka berdua sangat berpengaruh terhadap psikologisnya pemain muda.

Namun Samsul sadari dan akan mengingatkan pemainnya agar terbiasa dengan kondisi semacam ini. Karena ketika sudah menjadi pemain matang dan berlaga di kasta tertinggi, pemain akan lebih banyak menjumpai beragam intrik dengan beragam cara pula. Mengingat sepakbola tidak saja olahraga.

Pelatih Arema Indonesia Totok Anjik sangat emosional usai laga timnya yang bertindak sebagai tuan rumah melawan Mojosari Putra, Minggu (14/5/2017). Saat melayani wawancara awak media di depan kamar ganti dia tidak bisa menyembunyikan amarahnya terhadap wasit Agung Setiawan yang memimpin jalannya pertandingan. Ia menilai banyak keputusan wasit asal Lamongan ini yang merugikan timnya. Sehingga mereka sebagai tuan rumah yang menargetkan meraup poin penuh hanya puas berbagi angka 1-1 dengan tim tamu.

Apalagi wasit sempat menghentikan pertandingan saat pertengahan babak kedua karena ketakutan dengan petasan yang diledakkan suporter. Selama 20 menit wasit bersembunyi di dalam ruang ganti. Padahal antara pemain kedua tim ini baik-baik saja dan tidak ada yang berseteru. Keputusan-keputusan wasit yang kontroversial menurut Anjik sangat berpengaruh terhadap mental pemainnya. Akibatnya para pemain muda ini emosinal dan kurang konsentrasi, sehingga tidak maksimal dalam bermain.

Puncak amarah Anjik meluap saat rombongan wasit memasuki ruang ganti dengan kawalan aparat. Saat wasit tepat lewat di depannya yang sedang melayani permintaan wawancara awakmedia, dia mempertanyakan kinerja wasit dan berusaha menyerangnya. Beruntung aparat dengan sigap mengamankan wasit dan menenangkan Anjik.

Dia menilai kepemimpinan wasit yang buruk sangat tidak baik bagi pembinaan pemain usia muda. Menurutnya, kalah menang dalam pertandingan sudah biasa, tetapi dia menyesalkan wasit yang memberi contoh buruk kompetisi di Indonesia kepada pemain muda. Bagi dia akan menjadi sia-sia upayanya melatih pemain setiap hari pagi dan sore kalau mental pemain dirusak wasit saat pertandingan resmi. Anjik sebelumnya juga tidak puas dengan kepemimpinan wasit Agus Susianto saat memimpin laga perdana Liga 3 melawan Persema 1953, (10/5/2017) lalu. Wasit membuat permainan anak asuhnya rusak dan mereka sebagai tuan rumah harus puas bermain imbang 1-1 dalam laga derby ini di Stadion Gajayana.

Wasit yang bertugas di Liga 3 hampir selalu menjadi pelampiasan tim yang kalah atau tidak puas dengan hasil pertandingan. Anjik saat Arema Indonesia menang 2-1 lawan Blitar Putra dalam laga kandang di Stadion Gajayana (17/5/2017 lalu tidak banyak berkomentar mengenai kepemimpinan wasit Haryanto. Sebaliknya Pelatih Blitar Putra, Efendy Aziz mengaku kecewa dengan keputusan wasit asal Tulungagung itu.

Terutama ketika wasit mengesahkan gol kedua Arema menit 38 yang dicetak Daud Ivan Kararbo. Ia berpendapat pemain bernomor 9 itu sudah dalam posisi offside saat menceploskan bola ke gawang timnya. Ketika itu pemain yang tidak puas dengan keputusan itu langsung bereaksi mengerumuni wasit dan hakim garis di pinggir lapangan. Beberapa dari mereka menendang dan memukul wasit.

Reaksi dari pemain Blitar membuat suporter Arema yang berada di tribun utara turut emosi. Mereka berlari menuju tribun timur dekat lokasi kerumunan dan sebagian bisa turun sampai ke sentelban menghampiri kerumunan pemain. Sedikitnya aparat yang berjaga membuat mereka agak leluasa, tetapi dengan dibantu panpel, suporter bisa dihalu tanpa sempat menyentuh para pemain tim tamu.

Aziz menilai bahwa wasit memimpin pertandingan dengan sangat buruk dan tidak mengerti tentang peraturan sepakbola. PSSI diharap segera mengevaluasi dan menugaskan wasit layak untuk memimpin pertandingan Liga 3, sehingga semua baik-baik saja, kedua tim yang bertanding bermain dengan fairplay, tidak banyak insiden, dan penonton dapat menyaksikan pertandingan dengan tenang. (*)

0 komentar:

Posting Komentar

lugaswicaksono.blogspot.com
 
;